BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni kriya adalah karya seni yang dibuat dengan keterampilan
tangan (hand skill) dengan memperhatikan aspek fungsional dan nilai seni
sehingga Seni kriya termasuk dari karya senirupa terapan nusantara. Penciptaan
karya seni kriya tidak hanya didasarkan pada aspek fungsionalnya (kebutuhan
fisik) saja, tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan terhadap keindahan
(kebutuhan emosional).
Istilah
“seni kriya‟ berasal dari akar kata “kriya‟ (bahasa Sanskerta) yang berarti
“mengerjakan‟; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata : karya,
kriya, kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan
benda atau obyek. Dalam pengertian berikutnya semua hasil pekerjaan termasuk
berbagai ragam keteknikannya disebut “seni kriya‟.(Timbul Haryono,2002).
1.1.1 Unsur
Karya Seni Kriya
Seni kriya
mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Utility
atau aspek kegunaan
Ø Security
yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Ø Comfortable,
yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap.
Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Ø Flexibility,
yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu
barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap
dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak
mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika
atau syarat keindahan
Sebuah
barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai
barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan
puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi
lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
1.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai
benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun
unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2. Sebagai
benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan.
Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi
fungsinya.
3. Sebagai
benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat
permainan.
Seni kriya estetis, Dibuat untuk dinikmati keindahannya saja, untuk interior rumah.
Karya ini bisa berwujud dua
dimensi maupun tiga dimensi. Karya seperti ini semata – mata berasal dari daya
imajinasi pencipta.
Nilai Estetik
timbul dari seberapa indah suatu objek yang di lihat oleh kita,Estetik berasal
dari kata Estetika yang berarti salah satu cabang dari filsafat.dan Estetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang keindahan dari suatu objek yang indah.jadi
Nilai Estetik sendiri mempunyai arti nilai dari suatu keindahan yang kita
rasakan setelah kita rasakan maka kita pun akan menilai seberapa indah objek
tersebut.
Nilai Estetika biasa nya ada pada
bidang/dunia seni,karna seni merupakan salah satu dunia yang selalu
menghadirkan keindahan dalam setiap kali kita merasakan nya,pada seni Nilai
Estetik sangat di butuhkan agar para seniman dapat menyajikan keindahan ketika
mereka menampilkan dan menyajikan kepada para penonton.dan juga bisa di gunakan
untuk layak atau tidak nya suatu seni untuk di pertontonkan ke masyarakat.
Bidang seni erat kaitan nya dengan nilai
Estetik,sebagai contoh bidang pada seni yang membutuhkan nilai Estetik yaitu
bidang musik,di bidang musik sangat di butuhkan keindahan agar keindahan dari
musik yang di mainkan dan dengar oleh para pendengar musik,ketika musik
dimainkan barulah musik itu di nilai dan memiliki nilai Estetik.
1.2
Konsep Penciptaan
Konsep penciptaan ini terisnpirasi seekor burung hantu, burung
hantu Oleh bangsa Indian, burung hantu dianggap sebagai penolong dan perlambang
kebijaksanaan, ia jarang berkicau. mazdiro.wordpress.com & Burung Hantu Burung Raja Mitos _
Alamendah's Blog.html
Dari sini konsep itu terbentuk, selain simpel dan unik dalam
pembuatannya pun juga tidak memakan banyak bahan karna bentuknya kecil dan
menarik. Bahan-bahan yang di perlukan pun juga sangat mudah di dapat, misalkan
gunting, botol coca cola ukuran 300L, cutter, cat akrilik, pilok ukuran kecil,
kuas.
Dalam pembuatan karya Kriya ini warna juga menjadi sekutu yang
mengesankan bagi seniman dalam media visual.
Warna di bagi menjadi 5
tingkatan yaitu :
1. Warna
primer, warna asli ( merah, hijau dan biru ).
2. Warna
sekunder, warna percampuran ketiga warna ( ungu, kuning dan biru muda ).
3. Warna
tersier, warna percampuran antara primer dan sekunder ( Coklat sedikit
kemerah-merahan ).
Warna yang digunakan dalam pembuatan burung hantu ini
menggunakan warna putih sebagai warna dasar dan warna hitam sebagai outline.
Warna hitam bermakna ( aman, rendah hati, kehalusan, netral) dan warna putih (
rendah hati, suci,damai, simpel dan lemah lembut). (Rustan:72-73)
1.3
Tujuan Penciptaan
1.
Mengasah kreatifitas kita sebagai
mahasiswa Desain dalam membuat karya kriya yang bernilai estetis dan
bermanfaat.
2.
Membuat sebuah inovasi baru yang
berhubungan dengan seni.
1.4
Manfaat Penciptaan
1. Dapat
belajar bagaimana cara memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang-barang
yang dapat di gunakan atau bermanfaat yang memiliki nilai estetis.
2. Menjadikan
kita menjadi mahasiswa yang memiliki skill enterpreneur.
3. Sebagai
portofolio.
1.5 Desain Alternatif
a.
Desain
Alternatif Sementara
b.
Desain
Altenatif Sementara
C.
Desain Alternatif Perbaikan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB
II
2.1
Proses Perwujudan
1. Proses Sketch
2.
Proses Cutting
3.
Proses Pengecatan background
4.
Proses Melubangi Objek
( tempat kabel )
5.
6.
Pemotongan Sterofom
7.
Pemasangan Rumah Lampu pada Sterofom
8.
Proses Pemasangan
Colokan
9.
Finishing
2.2
Peralatan dan Bahan
1. Memotong
Gunting, adalah
alat potong yang paling lazim digunakan untuk memotong kertas dan bahan-bahan
lainnya. Manfaat Gunting mudah digunakan, Gunting yang baik sanggup
memotong kertas yang tebal, Tidak memerlukan alas potong, Ketepatan gunting
dalam memotong sebuah garis lurus cukup sempurna, tergantung penglihatan
orang yang menggunakan gunting tersebut.
Cutter, Bila
diterjemahkan secara harafiah, "cutter" berarti pemotong.
"Cutter" memiliki beragam bentuk dan ukuran, ada yang besar, sedang,
dan kecil. Tapi meskipun memiliki berbagai bentuk dan ukuran, fungsi
"cutter" cuma satu, yaitu memotong.
Perikertas.Com
2. Mengecat
Cat besi, Alat yang di gunakan untuk mengecat
benda. Misalnya besi.
Pilok Doff (putih), adalah alat
untuk mengecat benda. Lazimnya pilok digunakan untuk mengecat besi, plastik
dll.
3. Menggambar
Spidol, adalah alat tulis yang lazimnya digunakan
untuk menggambar atau menulis. Spidol biasanya ada dua macam ada yang
tebal/besar ada juga yang kecil. Tergantung kegunaan kita mau menggunakan yang mana.
4. Alat untuk mengecat
Kuas, adalah alat melukis yang biasanya digunakan untuk
mewarnai kanvas atau media lainnya yang bersinggungan dengan kuas.
2.3 Kalkulasi
Biaya
No
|
Bahan
|
Harga
|
|
1
|
Cat Besi
|
Rp 4.000,-
|
|
2
|
Pilok
|
Rp 21.000,-
|
|
3
|
Lampu Lombok
|
Rp 5.000,-
|
|
Jumlah
|
Rp 30.000,-
|
||
|
2.4 Desain
yang Disetujui
Bab III
PENUTUP
3.1 Penutup
Kesimpulan
Dari kesimpulan yang dapat
di ambil dari pembuatan karya kriya Estetis
1.
Ide dan latar belakang masalh dari pembuatan karya
kriya ini masih kurangnya perhatian masyarakat akan pemanfaatan barang-barang
bekas yang bisa di kelolah menjadi barang-barang yang berguna.
Saran
Pembuatan
karya kriya estetis ini akan berguna kedepannya sebagai hiasan atau
barang-barang bekas yang berguna, yang bisa di jual dan bernilai tidak hanya di
pandang sampah atau barang yang tidak dapat di pakai.
DAFTAR
PUSTAKA
https://yogaparta.files.wordpress.com/2008/11/karya-agus2.jpg
https://5enibudaya.files.wordpress.com/2013/04/karya-seni.jpg?w=339&h=243
https://i1.ytimg.com/vi/9l--tha9WeI/hqdefault.jpg
Perikertas.Com
Djelantik,
A.A.M. 2004, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia
bekerja sama dengan Arti: Bandung.
Sihombing, danton, Tipografi dalam Desain Grafis, Gramedia
Putaka Utama, Jakarta, 2001.
S. Anggraini Lia, DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, Nuansa
Cendekia, Bandung, 2014
Rustan Surianto, Mendesain LOGO, PT
Gramedia Putaka Utama, Jakarta, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar